Integrasi Logistik (Expedisi) & Marketplace pada Aplikasi Krealogi — UX Case Study
Disclaimer : Proyek ini merupakan bagian dari UI/UX Training Program yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan Skilvul dan Krealogi sebagai Challenge Partner. Kami tidak bekerja atau diikat dalam kontrak professional oleh Krealogi.
Latar Belakang
Kemudahan pengelolaan pesanan oleh vendor dan seller adalah hal terpenting yang harus dicapai dalam sebuah aplikasi. Solusi yang ditawarkan oleh Krealogi adalah sebagai wadah berjejaring dengan pelaku usaha, seperti pelatihan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan khususnya bagi Usaha Mikro, Kecil & Menengah (UMKM), serta aplikasi ramah pengguna untuk membantu pencatatan kegiatan operasional sampai membuat perencanaan strategis. Di samping itu, perkembangan teknologi juga tidak dapat dipungkiri lagi terutama pesan-memesan barang kini hanya perlu melalui handphone dan langsung dikirimkan ke alamat pembeli melalui marketplace. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan integrasi antara aplikasi Krealogi dengan marketplace dan juga pengiriman.
Objektif
- Vendor ataupun Seller dapat dengan mudah menggunakan aplikasi Krealogi untuk melakukan pencatatan inventori dan dihubungkan langsung dengan marketplace.
- Vendor ataupun Seller dapat melakukan monitoring terhadap pesanan masuk secara manual ataupun melalui marketplace dan juga pengiriman barang kepada konsumen melalui ekspedisi.
Peran dalam Tim
Sebagai UI Designer yang berkolaborasi dengan Ferdian Palupi, pada project ini saya bertanggung jawab dalam:
- Merumuskan ide solusi design pada fitur integrasi dengan marketplace.
- Membuat wireframe pada fitur integrasi dengan marketplace, dan juga membuat design UI, serta melakukan prototyping dari UI yang sudah dibuat.
Design Process
Dalam kasus ini, kami memilih menggunakan Design Thinking sebagai pendekatan design process yang kami lakukan. Karena dalam Design Thinking kita bisa mengintegrasikan sesuatu yang dinginkan oleh people atau user, kemudian yang bisa dicapai oleh teknologi, dan yang tidak kalah penting adalah hubungan dengan bagaimana membuat sukses dalam business. Langkah yang dilakukan antara lain:
1 — Empathize
Hal pertama yang kami lakukan adalah empathize. Langkah ini bertujuan memberi empati kepada pengguna untuk mencari tahu padangan dan kebutuhan serta tujuan dari seorang user dalam menggunakan aplikasi ini. Namun, dalam kasus ini kami tidak melakukan research langsung kepada users lebih lanjut terkait permasalahannya. Secara umum, pihak Krealogi memberikan informasi bahwa permasalahan yang mereka miliki adalah belum memiliki desain aplikasi yang user friendly yang dapat memudahkan users dalam melakukan pencatatan operasional users, membuat stategi dan menjaga alur operasionalnya.
Persona User Krealogi
- Gender: tidak spesifik
- Umur: semua umur
- Profesi: pemilik isaha kecil, mikro dan ultra mikro
- Rentang Geografis: tidak spesifik
2 — Define
Langkah selanjutnya adalah proses Define. Langkah ini kami mendefinisikan permasalah users dari hasil Empathize yaitu kita mengambil poin pencatatan operasional terkait logistik. Dalam tahap ini proses yang pertama kali dilakukan adalah mengumpulkan sebanyak mungkin pain points yang ada. Perlu kita sadari bahwa dalam mendefinisikan sebuah masalah, kita harus tetap fokus kepada users bukan kepada business goals, yaitu dengan menempatkan user sebagai pusat objek permasalahan.
Kami mencoba mengumpulkan dan mengelompokkan permasalahan yang ada di dalam otak kami sebagai user ketika kami menggunakan aplikasi Krealogi. Setelah seluruhnya terkumpul dan di rasa cukup, kami urutkan pain points tersebut dari yang biasa saja (sisi kanan) sampai luar biasa yang menjadi masalah dalam aplikasi Krealogi (sisi kiri). Selanjutnya, kami mencoba melakukan suatu metode bernama How Might We (HMW). HMW tersendiri adalah sesi dimana kita menuliskan ide-ide brilian pada sebuah sticky notes tanpa merasa takut salah namun kali ini kami melakukannya di platform FigJam.
HMW bertujuan bagaimana kita melakukan sesuatu yang berdampak untuk stackeholder yang terkait sehingga ada suatu perubahan ke arah yang lebih baik.
Setelah kami menuliskan seluruh HMW dari pain points yang kami kumpulkan sebelumnya, kami melakukan voting HMW yang dirasakan sebagai permasalahan terbesar yang bisa kami selesaikan pada case ini.
Setelah dilakukan voting, kami mendapatkan How Might We yang dirasakan bisa kami lakukan dan berdampak besar untuk pengguna, yaitu:
“Membuat integrasi logistik dan Marketplace untuk memudahkan Vendor atau Seller dalam mengelola pesanan.”
3 — Ideate
Setelah memahami dan memilih How Might We, kami melakukan tahapan yang ketiga yaitu Ideate. Dalam tahap ini, kami mencari ide-ide solutif yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai masalah yang sudah didefinisikan sebelumnya. Adapun ide-ide yang disampaikan berupa fitur-fitur yang bisa diimplementasikan dan memudahkan user. Dalam proses ideate ini, kami berusaha untuk tidak memikirkan apakah ide-ide ini memiliki keterbatasan dan dapat di implementasikan. Hal yang terpenting adalah stay creative.
Sampai pada akhirnya ide tersebut muncul , kemudian dari masing-masing kami mencoba menjelaskan ide yang sudah di tulis dari awal sampai akhir. Setelah itu kami coba kelompokan ide tersebut menggunakan Affinity Diagram.
5 kelompok ide tersebut didapatkan dari hasil diskusi kami, yang kemudian akan dilakukan Prioritization Idea, yaitu proses dimana mengelompokkan sesuai dengan prioritas yang diperlukan.
Pada diagram ini, kami susun berdasarkan 2 faktor dimana yang pertama adalah Effort dan yang kedua adalah User Value. Effort yang dimaksud adalah banyaknya usaha yang dilakukan untuk bisa mewujudkan fitur yang kita inginkan semakin kecil Effortnya maka semakin baik. Kemudian kita berbicara dengan User Value, melihat bagaimana fitur yang akan kita buat tersebut sangatlah berdampak bagi user atau tidak. Semakin ber-value maka semakin baik dan harus diwujudkan. Pada akhirnya, pilihan yang utama untuk dikerjakan adalah yang memiliki User Value tertinggi dan juga Effort yang rendah yaitu ide yang berada pada Quadran 1 di kiri atas.
Setelah itu kami langsung melakukan Crazy 8’s. Maksud dari Crazy 8’s disini adalah masing-masing dari kami berupaya untuk menggambarkan wireframe, berupa tampilan screen kasar dari fitur yang sudah ditentukan dan masuk ke prioritas paling tinggi dengan waktu yang hanya 8 menit.
4 — Prototyping
Dalam tahap prototype, kami mendesain interface dari hasil Crazy 8’s. Namun sebelum itu, agar lebih mudah kami lakukan penyusunan user flow sederhana sampai ke fitur yang akan kami buat. Alur flow yang kami buat seperti gambar berikut.
Dalam task flow tersebut kami memulainya dengan login dan juga register. Sama seperti sebuah aplikasi pada umumnya, user yang belum memiliki account diminta untuk melakukan pendaftaran terlebih dahulu agar bisa menggunakan aplikasi Krealogi. Pembeda yang kami tambahkan di dalam mengaplikasikan integrasi dengan marketplace adalah adanya penambahan fitur produk terbaru. Setelah penambahan detail informasi produk, kita dapat memilih marketplace yang akan dihubungkan dan juga jumlah produk barang yang akan dimasukan.
Setelah itu dilakukan proses pembuatan wireframe sederhana untuk penambahan integrasi produk dengan marketplace. Dalam wireframe ini harapan kami produk bisa ditambahkan secara multiple, kemudian dipilih berdasaran marketplace yang akan ditambahkan. Setelah itu, akan muncul page konfirmasi produk yang terhubung dengan marketplace.
Kemudian wareframe dari sisi integrasinya dengan logistic dibuat oleh Ferdian Palupi. Integrasi dengan logistic ini sama seperti ide dalam integrasi dengan marketplace, namun pada pemilihan produk hanya bisa satu yang akan dilakukan pengiriman melalui ekspedisi, kemudian input data yang dibutuhkan.
Setelah dibuat rancangan wireframe sedehana dan sudah ada flow aplikasi, kami langsung membuat prototyping yang dapat digunakan untuk testing.
Dalam proses pembuatan prototype, ada perubahan yang disesuaikan. Salah satunya seperti mengintegrasikan marketplace terlebih dahulu kedalam aplikasi sebelum kami menghubungkan produk langsung ke marketplace.
Ketika ada produk berada di marketplace maka otomatis produk tersebut akan ada dalam aplikasi Krealogi. Proses ini sebenarnya agak tricky dikarenakan kami belum tahu data apa yang dibutuhkan untuk bisa terhubung langsung dengan marketplace. Namun kami menyederhanakan seperti gambar di atas. Seluruh gambaran umum ada dalam prototype berikut.
Disclamer: Prototype ini masih dalam proses developing dan masih belum terlihat sempurna.
5 — Testing
Setelah Prototype sudah selesai dan cukup, maka tahap terakhir dari Design Thinking adalah melakukan Testing. Beberapa hal yang kami sangat perhatikan sebelum melakukan Testing yaitu pertama, kami telah menentukan objektif dan target user.
Research Objective
- Mengetahui kebiasaan pengguna dalam melakukan pencatatan produk.
- Pengguna dapat mengerti dan menilai cara menambah dan mengubah produk.
- Pengguna dapat mengerti dan menilai cara menghubungkan produk dengan marketplace.
- Pengguna dapat mengerti dan menilai informasi status pengiriman produk via marketplace.
- Pengguna dapat mengerti dan menilai cara pengiriman produk via non marketplace (manual) yang terhubung dengan logistik / ekspedisi.
Respondent Criteria
- Berusia 18–55 tahun.
- Pekerjaan utama / sampingan sebagai wirausaha / pekerja UMKM.
- Berdomisili di seluruh wilayah Indonesia.
- Memiliki kemampuan Bahasa Indonesia sebagai native language.
- Belum / pernah menggunakan aplikasi Krealogi.
Kemudian kami membuat daftar pertanyaan dan skenario testing. Setelah itu, kami menentukan UX Metrix yang digunakan yaitu Single Ease Question.
Berdasarkan hasil in-Depth Interview & Usability Testing yang dilakukan kepada user, user memiliki problem pada Supply Chain Menagement dikarenakan pada industri kriya, banyak variable yang perlu diperhatikan dan juga ada masalah kejar-kejaran antara pencatatan dan pembelian. Adapun mereka memiliki sumber dan teknologi yang terbatas sehingga diperlukannya investasi dan biaya yang tinggi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kemudian keinginan yang dibutuhkan pada fitur lanjutan dari aplikasi Krealogi adalah seperti ERP (Enterprise Resource Planning). Fitur ini mencakup pencatatan proses order dari mulai sales sampai proses produksi secara mendetail. Kemudian dibutuhkan juga timeline waktu, reminder, serta fungsi pelaporan dari vendor proses produksi sudah sampai mana.
Task 1. Integrasi dengan marketplace
- User masih belum paham penggunaan dan perlu adanya penambahan hint. Namun, setelah dijelaskan user mulai mengerti dan cukup jelas.
Task 2. Penambahan Produk dan menghubungkan ke Marketplace
- Tidak ada kesulitan dalam pengisian
- Perlu adanya rasio produk dengan manusia
- Perlu ada pilihan produk lanjutan saat menghubungkan dengan market place
- Perlu data input yang spesifik di market tertentu, karena pasti tidak sama
Task 3. Pengiriman Produk dengan Ekspedisi
- Masih belum informatif, ada kebingungan pengisian alamat
- Untuk pelaku UMKM retail dengan alur tersebut tidak bermasalah, tapi berbeda dengan yang bukan retail. Lebih banyak yang harus diperhatikan.
- Permasalah ada pada pemesanan seperti pre-order, karena produknya belum dibuat maka tidak tahu berapa berat produk.
- Proses history pengiriman produk
Namun, jika dilihat dari keseluruhan UI & UX yang sudah kami buat, aplikasi Krealogi sudah memenuhi kriteria baik bagi user tersebut dengan nilai SEQ 6.5 .
Kesimpulan
Berdasarkan UX Study Case yang sudah kami lakukan, secara umum sudah menjawab masalah yang dimiliki oleh Krealogi. Namun, perlu banyak perbaikan dan penambahan fitur yang sesuai dilapangan sehingga dapat menyelesaikan lebih banyak lagi problem yang ada.
Rekomendasi Selanjutnya
- Penambahan fitur yang lebih mengarah ke monitoring proses produksi mulai dari hulu sampai ke hilir bisnis.
- Pada fitur pengiriman barang, perlu ada tambahan history produk sehingga proses pengiriman jelas dan bisa dilakukan estimasi.
- Dan masih banyak fitur lainnya yang dibutuhkan.
Terimakasih kepada Program DTS UIX yang mengenalkan saya kepada dunia UIX dan juga terimakasih kepada rekan tim UIX Ferdian Palupi yang sangat berkontribusi terhadap UX Case Study ini. Harapan saya kedepannya, semoga bisa lebih memahami dan memecahkan problematika lainnya dengan UX Research.